Halaman

Minggu, 19 Februari 2012

Sesuatu yang Gak Bisa Hilang

Sesuatu... yang ada di hatimu...

Okey, apa-apaan pembukaan kaya gitu.

Well, hellooo. I have something to tell you, readers...
Something about my past, something from my past that i can't easily forget till now...

Enjoy my post :)

*

Patah hati.
Semua yang udah pernah remaja pasti pernah ngalamin satu hal yang membuat hati tercenat-cenut ini. Seperti layaknya saya yang masih belia, baru 14 18 tahun. Duh, masih remaja gak sih gue? Masih kok, remaja itu masih bisa terhitung sampai dia menyelesaikan masa kuliahnya. Cuma mungkin udah jadi remaja akhir.

...

Kenapa juga jadi ngomongin materi PPD?
Okey, skipoo.

Patah hati mungkin merupakan sebuah kata yang menakutkan buat para remaja. Kenapa? Karena rasanya gak enak banget. Menyakitkan.

Di mana-mana yang namanya patah pasti akan menimbulkan bekas yang gak bisa hilang. Walaupun udah dilem atau direkatkan kembali dengan rapi dan bergaya pun pasti tetep aja berbekas. And one to notice, seperti yang saya tulis di atas: menyakitkan. Patah itu rasanya sakit. Coba tanya deh sama rusa yang tanduknya patah. Pasti dia akan setuju sama saya. Jangan tanya gimana saya bisa tau tanduk rusa yang patah itu menimbulkan rasa sakit. Pokoknya tau!

Anyway, banyak juga yang bilang kalau patah hati itu adalah suatu fase pendewasaan yang... yah gak aneh lah untuk dilalui. Bahkan harus. Gunanya untuk apa? Ya supaya bisa menjadi dewasa. Gak akan dewasa sebelum patah hati. Bahkan ada juga quote yang mengatakan: "Wanita yang sudah pernah patah hati, pemikirannya akan lebih dewasa."

Apakah itu benar? I don't know. I WAS not know.
Setelah saya ngerasain sendiri rasanya patah hati baru saya bisa mengatakan, "Iya, patah hati itu suatu fase pendewasaan, yang akan membuat kamu, gak hanya lebih dewasa, tapi juga bisa lebih struggle dalam hidup."

*

Kejadiannya pas saya SMA.

Waktu itu, saya masih polos. Masih seorang gadis naif yang merasa kalau patah hati adalah suatu hal yang mustahil bisa saya rasakan. Gak deh, saya ini orangnya hati-hati, bahkan waktu saya suka sama seseorang pun, saya akan hati-hati supaya jangan sampai patah hati. Super sekali, ya. Ckck. How naive my thought was.

Saya suka sama seorang cowok. Waktu itu kami udah lumayan deket. Sering SMS-an. Yah selayaknya remaja-remaja alay di masa SMA. Saya juga sering curhat sama sahabat-sahabat saya. Betapa saya suka sama cowok itu, dan dia merespon. Betapa saya suka dia apa adanya, dan saya harap dia juga begitu.

Tapi... ternyata selama proses PDKT itu, saya sering banget dibuat kecewa karena tingkah lakunya. Saya sering sedih. Gak karuan. Galause bahasanya kalau sekarang mah. Sering nangis tiba-tiba. Sering kepikiran, tapi juga bisa enek sama dia tiba-tiba. Perasaan saya kayak lagi di rollercoaster. Kadang saya bisa seneng karena meluncur dari atas dengan kecepatan tinggi. Kadang saya ketakutan kalau kereta saya dalam keadaan terbalik. Kadang saya tenang-tenang aja kalau kereta saya lagi jalan di rel yang lurus. And that was what my feeling feels like.

Setiap SMS-an saya bisa seneng, senyum-senyum sendiri, ketawa-tawa. Tapi kadang saya bisa uring-uringan, kesel, gelisah dan lain sebagainya. Dan satu hal yang bikin saya sangat-sangat drop ketika itu adalah perbedaan sikapnya yang sangat mencolok ketika di SMS dan di dunia nyata. Sakit sekali ketika saya ketemu dia, eh dia sama sekali gak memperlihatkan gerak-gerik akrab seperti ketika di SMS. Sebagai manusia normal tentu aja saya mikir, "Apa dia gak suka sama saya? Apa ini cara dia untuk menunjukan bahwa 'Heh, gue gak suka sama lo! Lo harus sadar itu!'?"

Man, rasanya gak enak banget. Ketika kamu suka sama seseorang apa sih yang kamu harapkan? Kalau saya ingin dapet rasa tenang, percaya dan happy. Yah emang sih, saya juga suka perasaan rollercoaster itu muncul di masa-masa PDKT ini. Cuma kalau yang kamu rasakan itu terus menerus seperti ketika kereta kamu ada dalam posisi terbalik dan gak bergerak lagi, niscaya perasaan itu gak akan jadi enak lagi. Saya benci berada dalam ketakutan. Saya benci berada dalam ketidakpastian.

Suatu hari, ketika masa PDKT itu udah berjalan beberapa minggu, saya mendapati kenyataan pahit. Kenyataan bahwa cowok yang saya suka ternyata juga melakukan pendekatan kepada cewek lain.

It was hurt. Sakiiiiiiiiiiittttttttt.
Saya belum jadi apa-apanya dia. Saya cuma seorang gadis yang merasa kegeeran, mengira dia suka sama saya dan sedang melakukan pendekatan. Itu aja. Dan rasa sakitnya ternyata seperti ini. Mengetahui ada cewek lain yang juga deket, bahkan mungkin lebih dari deketnya saya dan dia. It pretty hurts. Can't have other words to describe how the pain was feel. Cukiedh. Cakiedh. Cakiiittt. Oke, alay.

Perasaan saya yang sebelumnya sempat naik ke puncak, langsung terjun bebas ke dalam lembah. Blaassss. Titik kedua terendah selama saya PDKT sama dia.

Dan titik terendah pertama adalah ketika dia dan cewek itu jadian.

Bisa dibayangkan rasanya melihat mereka berdua jalan bersama, duduk bersama, bermesraan di jejaring sosial dan saya MENYAKSIKAN semuanya dari jauh. Sendiri. Berdua deh, sama hati saya yang patah *sinetron banget nyo, bagus*

Ya, hati saya secara resmi udah patah. Kalau dulu baru retak-retak, sekarang udah patah. Tah. Tah. Tah.

*

Recovery time yang saya butuhkan untuk bisa bersikap biasa lagi sama dia gak lama. Saya bisa dengan santainya menyapa dia lagi, bercanda lagi sama dia, seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

Atau mungkin memang tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami.

Sampai sekarang saya masih mikir, mungkin dulu itu hanyalah kebodohan saya. Mungkin saya hanya ngerasa kalau dia juga suka sama saya. Mungkin dia sebenernya hanya nganggep saya temen biasanya aja, yang sedikit perhatian. Or, to make it worse, mungkin dia kasihan sama cewek yang jatuh cinta dan sedang cari perhatian dia, makanya dia merespon saya.

Iya, cuma sebentar buat saya bisa kembali seperti sebelumnya. Bisa akrab lagi sama dia. Sikap saya sepertinya menyiratkan kalau no hard feeling after the broken-hearted incident between us happened. Saya kelihatannya tegar. Have no tears to spilt out. 

Tapi kalau boleh jujur, sampai sekarang sakitnya masih ada. Dan saya rasa gak akan pernah hilang. Bukan perasaan saya ke dia loh ya, tapi sakitnya.

Too bad, it becoming worse because till now, i have an unidentified fear of falling in love feelings. Saya takut merasakan rasanya jatuh cinta. Saya tidak takut jatuh cinta, tapi saya takut sama perasaan saya setelah jatuh cinta. Takut sama perasaan rollercoaster itu lagi. Perasaan tidak karuan, naik-turun-belak-belok dan terakhir jatoh kaya di film Final Destination 3. Takut. Takut kalau ada cowok PDKT sama saya, itu cuma sekedar iseng. Bercanda. Dan puncaknya adalah takut saya patah hati lagi. 

Saya ini orangnya cepet ge-eran. Cowok lirik saya dikit aja bisa saya anggep dia suka sama saya. Padahal kan saya juga suka lirik-lirik cowok yang gak saya suka. Geer saya ini udah akut. Mungkin ini alasan di balik seringnya saya sedih ketika mendapati kalau ternyata dia gak suka sama saya.

Bodoh ya? Bodoh banget.

Karena itu juga saya gak suka kalau ada yang gombalin saya. Apalagi dengan maraknya dunia pergombalan akhir-akhir ini. Semakin burem mana yang asli dan mana yang palsu. Maksudnya, mana yang emang niat gombal karena suka, dan gombal yang cuma bercanda.

Saya benci perasaan jatuh cinta. Dan perasaan sakit. Dan lagi-lagi perasaan ketika hati saya kembali patah.

*

Tapi di balik semua itu, saya akui pendewasaan itu ada. Seenggaknya, saya ngerasa begitu. Saya jadi lebih hati-hati. Lebih bisa memilah perasaan mana yang harus saya buang, dan yang bisa saya teruskan. Sialnya, sampai sekarang saya terus-terusan membuang perasaan yang mampir ke hati saya. Saya masih takut.

Suatu bayaran yang mahal untuk sebuah pendewasaan.

Silakan bilang saya gak bisa move-on. Memang, memang itu kenyataannya. Saya gak bisa ngelupain perasaan takut saya. Saya selalu berpikir, setiap saya jatuh cinta, kejadian yang sama akan terulang lagi. Dan saya bakal kembali lagi seperti waktu itu. Ngerasaan sakit yang gak bisa dilupain dan meninggalkan sesuatu yang gak bisa hilang.

Perasaan apa yang paling gak enak di dalam hidup kamu?
Perasaan digantung.

Bukan digantung hukum gantung.

Bukan juga digantung hubungan kamu sama cowok/cewek kamu.

Tapi digantung sama sesuatu yang gak bisa hilang dari hati kamu.

p.s: Saya gak tau apa yang akan terjadi kalau orang yang saya ceritakan di sini baca ini :P

Jumat, 17 Februari 2012

Wooohooo!

Hi folks :D
Apa kabar?
Alhamdulillah, luar biasa, harus lebih baik, Allahu Akbar! *khas biologi*

Wah rasanya udah lama gak nulis di sini hahaha
Well, saya lumayan sibuk dengan semester dua ini. Jadwalnya agak nyekek leher dan tugasnya lumayaaaannn...
Dalam satu minggu saya 3 kali praktikum. Silakan dibayangkan berapa laporan yang harus dibuat perbulannya.
Tapiiii jujur aja sih, saya lebih seneng perkuliahan di semester dua. Walaupun lebih ribet tapi saya nemuin banyak hal baru di sini dan juga mata kuliah yang lebih mendalami biologi. Dan salah satu matkul yang saya suka sekarang adalah BIOKIMIA.

Wooohooo!
Gaul ya?
Mungkin banyak yang nganggep biokimia itu rarungsing banget. Dan sedikit ganas.
Saya juga agak takut sih, soalnya menurut kabar burung yang beredar Biokimia itu matkul yang lumayan bikin otak cenat-cenut. Tapi entah ya, mungkin karena sampai sekarang materinya masih lumayan gampang diikuti DAN dosennya MENYENANGKAN saya jadi sukaaaa banget sama hari Rabu. Lho? Kok gak nyambung? Hehe, nyambung lagi, soalnya hari Rabu itu FULL Biokimia. Paginya praktikum dan siangnya teori. Dan dosennya masih sama yaitu Bapak Suhara. Aaaaah Pak Ara i heart you <3
Cara ngajar beliau itu enak bangetttt! Gampang dimengerti dan sabaaaar banget..
Kalau mahasiswanya nanya selalu dijawab dengan baik dan gak pernah memperlihatkan ekspresi merendahkan. Walaupun mungkin pertanyaan kita itu kadang-kadang harusnya kita udah tau dan udah berulang kali ditanya, beliau selalu ngejawab dengan sabar dan menyenangkan. Kalau kita ngelakuin kesalahan juga beliau gak langsung nyinyir atau marah-marah, tapi kitanya dikasih tau dan dicari bareng-bareng di mana letak kesalahannya supaya bisa dibenerin. Asik banget deh belajar sama beliau, beneraaan!!

Well, doain aja semoga saya selalu suka sama matkul ini :)
Dan juga doain saya untuk hari Rabu minggu depan karena bakal ada Tes Unit 1 buat matkul ini. Semoga saya dimudahkan, aamiin...

By the way, saya kemaren lupa nge-upload sebuah foto yang diambil tanggal 1 Februari 2012. Foto apakah itu....

Bapak Andrian dan anak-anak walinya :D (Ki-ka: Ahmad, Lisna, Uli, Rahmi, Iyun, Shelly, Bp. Andrian, saya, Hilda, Ucop, Dhea, Ina, Citra, Ila -minus Euis-) 
Happy birthday Bapak Andrian!
Beliau itu dosen wali saya dan 17 anak kelas B lainnya :D
Foto ini diambil setelah kita dengan seenak udel masuk ke ruangan beliau dan ngasih surprise. Beliau lagi ngobrol sama dosen lainnya dan langsung terkaget-kaget begitu liat kita masuk bawa kue sambil nyanyi happy birthday hehe...
Foto ini diambil di bagian belakang Lab. Ekologi dan kita dengan sotoynya ngelanggar larangan untuk makan di Lab, hehehehe :P

Selamat ulang tahun ya, Pak.. Semoga usianya barokah, selalu diberi yang terbaik oleh Allah SWT., dimudahkan dan dihalalkan selalu rejekinya serta selalu diridhoi dalam setiap perbuatannya. Aamiin... Sabar-sabar ya Pak membimbing kami anak-anak wali yang cerewet dan riweuh, hehehe :D

Senin, 06 Februari 2012

Sebuah Pengabdian Untuk Ilmu

Hai hai... Lama tak bersua, hahahaha (teu penting)

By the way, hari ini adalah Senin pertama saya di perkuliahan semester dua. Ada dua matkul, 4 sks dan perkuliahan dimulai jam 7 pagi. Rasanya males sekaligus penasaran sama matkul-matkul baru di semester dua. Lebih menantang kayaknya, karena udah mulai mendalami ilmu-ilmu biologi.
Matkul pertama, Pengetahuan Lingkungan.
Dari 3 dosen yang dateng saya tertarik sama Pak Soewoto. Beliau keliatannya udah berumur, tapi waktu menyampaikan kuliah, suaranya masih keras, ucapannya masih jelas dan materi yang disampaikan juga gak bertele-tele dan gampang dicerna.
Saya jadi keinget sama Pak Nono Sutarno. Beliau ini adalah dosen Biologi Umum saya di semester satu. Tapi karena serangan stroke yang beliau alami, selama satu semester saya gak kuliah Biologi Umum sama beliau. Saya penasaran banget, soalnya menurut kakak tingkat, cara mengajar beliau rame. Orangnya suka bercanda dan kuliahnya pun gampang dipahami.

Dan hari Kamis sebelumnya, teh Nindya cerita. Katanya Pak Nono dateng ke kampus. Beliau pake kursi roda, didorong sama satpam JICA dan beberapa dosen Biologi selama ada di kampus. Dan beliau juga masuk ke kelas mahasiswa 2009, ngajar di sana. Begitu beliau masuk kelas, seisi ruangan langsung speechless. Dan tepuk tangan terdengar. "Pada nangis," kata Teh Nindya. Udah pasti, semuanya kagum sama kemauan beliau untuk dateng ke kampus dan memberikan kuliah walaupun keadaannya lagi seperti itu.

Saya jadi makin penasaran sama beliau. Dan sekitar beberapa menit sebelum kuliah pengling selesai, pintu ruangan e-405 kebuka. Satpam yang ngebuka. Dan sepintas saya ngeliat kursi roda di balik pintu. Saya langsung ngeh. Itu Pak Nono!

"Zah, Zah, Pak Nono, Zah!" saya bilang ke Zahra yang duduk di sebelah saya.

Bener aja. Begitu pintu terbuka, terlihat sosok berambut putih, berkacamata dan berbatik cokelat duduk di kursi rodanya.
Pak Oto langsung nyamperin Pak Nono dan beliau pun masuk ke ruang kuliah saya. Mereka berdua keliatan saling sapa dan asyik ngobrol. Kelas saya dianggurin sekitar 10 menit. Hahahahaha :P

Pak Oto ngobrol sama Pak Nono di depan kelas


Pak Nono keliatannya seger. Walaupun, kalau saya gak salah, tubuh sebelah kirinya keliatannya lumpuh.
Terus beliau nanya ke kita, "Ini kelas Zooin (Zoologi Invertebrata), kan?"
"IYAAAA..."

Dan beliau pun ngobrol-ngobrol lagi sama dosen-dosen yang ada di sana. Terus dateng Ibu-Ibu pake baju warna-warni.
"Kayanya ini istrinya deh," saya sotoy. Dan ternyata bener! Gak lama dateng juga anaknya yang cowok. Keren, keluarganya ikut dateng ke kampus, ngedukung Pak Nono untuk ngasih kuliah buat kita. Dan itu sukses bikin saya terkagum-kagum.

Beliau pun didorong ke tengah kelas sama Bu Amy dan mulai mengutak-atik laptop yang udah disiapin di atas meja. Beruntung banget saya duduk di bangku paling depan *cough*rajin*cough* jadi saya bisa ambil beberapa foto beliau yang lagi asyik ngajar secara candid.

Serius utak-atik laptop

Beliau pun mulai ngajar materi Zooin dengan fasihnya. Sesekali bercanda. Bikin seisi kelas ketawa. Dan sering ngancem nilai Biologi Umum kita diturunin kalau gak bisa ngejawab pertanyaan beliau tentang Invertebrata. Ahahahaha =.=a

Lagi ngasih materi

Lagi asyik-asyik kuliah, saya ngeliat posisi duduk beliau udah gak enak. Agak merosot dan belaiu pun keliatan gak nyaman sama duduknya. Tapi karena tangan kiri berliau gak bisa gerak, beliau juga keliatan susah untuk benerin posisi duduknya. Saya udah takut aja beliau merosot beneran dan jatuh dari kursi.

"Shel, Shel, takut Pak Nono jatuh ih, duduknya merosot gitu," kata saya ke Shelly.

Gak lama setelah saya ngomong gitu, beneran aja, Pak Nono yang lagi nyoba untuk majuin posisi duduknya, malah hampir jatoh. Seisi kelas langsung pada kaget. Dan Delia sama Iha yang duduknya paling depan dan deket sama Pak Nono langsung kayak loncat dari kursi mereka, buru-buru megangin kursi roda Bapak yang mundur ke belakang. Untungnya Pak Nono masih bisa nahan badannya dan dosen satu lagi (lupa siapa namanya) langsung sigap nahan badan Bapak supaya gak jatuh. Bu Amy langsung buru-buru keluar kelas dan manggil anaknya Bapak untuk bantuin beliau. Setelah anaknya dateng dan benerin posisi duduk Bapak supaya nyaman dan aman lagi, beliau malah bercanda.

"Terima kasih ya, yang bantuin saya. Tapi bukan berarti saya jamin Zooin kalian lulus, ya?"

Seisi kelas langsung ketawa. Antara kalimat bapak yang bodor dan ketawa lega karena beliau gak kenapa-kenapa. Aduh, Bapak... Bikin kami khawatir... Untung gak apa-apa ya, Pak...

Kayanya beliau sengaja bercanda untuk mencairkan suasana yang tegang karena kejadian tadi. Dan kuliah pun dilanjut kembali. Duh, saya ini kan cengeng. Mata udah berkaca-kaca. Terharu banget sama Pak Nono yang dengan gigihnya masih keukeuh untuk ngajar di kampus walaupun dalam keadaan kurang sehat seperti itu.



Kuliah hari ini bikin saya banyak merenung di rumah.
Pak Nono, dengan segala keterbatasan geraknya, toh masih aja semangat dateng ke kampus dan mengamalkan ilmu yang beliau punya untuk para mahasiswanya. Begitu juga dengan Pak Yusuf Hilmi yang kondisi kesehatannya kurang baik ketika ngajar Filsafat Sains di semester satu, tapi tetap datang ke kampus untuk memberikan ilmu yang beliau punya. Dan Pak Eman yang di usia sangat senjanya masih tetap setia ikut kuliah lapangan dan selalu bertopi lapangan setiap ke kampus.
Serta dosen-dosen lain yang dengan segala keterbatasan mereka, masih tetap semangat dalam memberikan materi perkuliahan untuk mahasiswanya yang kadang ogah-ogahan.
Mereka ini adalah contoh sebuah pengabdian yang gak bisa diukur dari hanya sekedar beberapa hari di sebuah desa terpencil. Pengabdian sejati. Pengabdian untuk ilmu. Pengamalan dari ilmu yang bermanfaat.

Sedangkan saya?
Yang masih muda dan sehat pula...
Seriiiiiiing banget yang namanya males untuk sekedar bangun pagi karena kuliah jam tujuh. Sering ngeluh ini itu. Sering kesel karena dosen yang cara ngajarnya gak sesuai dengan keinginan. Dan seribu sering dengan konotasi negatif lainnya.

Saya ingin sekali seperti beliau-beliau di atas. Bisa totalitas dalam melakukan tugas dan kewajiban saya. Walaupun hanya belajar, saya ingin bisa memberikan sebuah pengabdian saya. Untuk bangsa, untuk negara, untuk almamater, untuk keluarga dan terutama untuk Tuhan.
Doakan saya, ya :)

Dan teruntuk para dosen yang luar biasa di atas, saya hanya bisa mendoakan semoga kesehatan dan semangat tak pernah terlepas dari hati beliau-beliau ini :) aamiin...